Jumat, 27 Desember 2013

Sejarah Desa Teluk Sungka

Negeri Teluk Sungka sudah ada jauh sebelum zaman Indonesia merdeka yaitu sudah ada sejak zaman pemerintah kolonial Belanda dan pada waktu itu berada dalam takluk kerajaan Indragiri Rengat.
Kisahnya pada waktu itu Sun Hock Seng atau nama Islamnya H Muhammad Saleh, ia pergi bersama temannya Syeh Ibrahim yang berasal dari Hadramaut dan ia juga menjadi salah satu petinggi kerajaan tersebut, Sun Hock Seng atau Haji Muhammad Saleh ini berasal dari Tiongkok Cina, beliau adalah seorang Mualaf dan melaksanakan ibadah haji sebanyak tujuh kali, sedangkan Syeh Ibrahim berasal dari Arab Hadramaut, mereka berdua adalah pembesar kesultanan Indragiri, Haji Muhammad Saleh sebagai bendahara kerajaan sedangkan syeh Ibrahim adalah Menteri Agama kerajaan, alasan mereka pergi meninggalkan istana yaitu karena mereka melihat ketidak sesuaian dari tingkah Sultan yang sangat membiarkan campur tangan Belanda dalam kerjaan dan bahkan sampai berani masuk kekamar putri-putri kerajaan tanpa meminta izin lagi, sedangkan Haji Muhammad Saleh dan Syeh Ibrahim pada waktu itu tidak dapat berbuat banyak dalam masalah ini, untuk itu demi menghindari agar tidak terjadi selisih paham antara mereka dengan Sultan merekapun sepakat untuk meninggalkan kerjaan dan pergi kedaerah desa Teluk Sungka ini, pada masa itu desa ini belum terbentuk dan masih dalam keadaan hutan rimba.
Singkat cerita, Haji Muhammad Saleh bersama kawan-kawan menebang hutan untuk membuka kampung ini, dan dilokasi penebangan hutan tersebut terdapat sebatang pohon Sungkai yang mempunyai ukuran yang sangat besar, dan diatas pohon tersebut juga terdapat seekor binatang Siamang yang dalam bahasa melayunya dikenal dengan sebutan “Ungke”, anehnya binatang Siamang atau Ungke ini selalu berbunyi tepat pada masuknya maktu sholat, baik itu Magrib, Isya’, Subuh, Zuhur dan Asyar. Lalu setelah kampong ini dibuka dan mulai didiami oleh orang, Haji Muhammad Saleh menyerahkan Pemerintahan kampong ini kepada anaknya Haji Thaib, dan seiring itu juga maka diberilah nama kampung tersebut “Teluk Si’Ungke”, nama teluk tersebut diambil dari letak wilayah kampung ini yang terletak didaerah teluk pada aliran sungai Gaung Anak Serka (GAS), seiring dengan perkembangan yang terjadi, sebutan atau nama kampung tersebut juga ikut berubah menjadi Teluk Sungka, perubahan nama tersebut tidak pernah direncanakan, perubahan sebutan atau nama kampung itu berubah karena pembawaan masyarakat yang selalu menyebutnya dengan nama Teluk Sungka. Untuk mengenang sejarah tempat ini maka Haji Saleh memerintahkan anaknya Haji Thaib untuk membangun sebuah Masjid tepat dibekas pohon Sungkai itu, dan pada waktu itu masjid tersebut menjadi masjid satu-satunya yang ada diwilayah Anak Serka maupun Gaung. Teluk Sungka ini dibuka serentak dengan dibukanya Sungai Keramat, dan yang mendirikan Sungai Keramat ini adalah Syeh Ibrahim, beliau tinggal disini dan membuka perkebunan ditempat ini sampai akhir hayatnya, dan ia juga dimakamkan disitu juga sehingga terkenal dengan nama makam Keramat Syeh Ibrahim Hadramaud.
Sekianlah tulisan singkat dari saya, jika terdapat kesalahan gelar atau nama dalam tulisan singkat ini atau bahkan alur ceritanya yang salah atau kurang baik maka saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kutipan tulisan ini saya dapatkan dari berbagai sumber yaitu dari orang tua-tua yang telah lama menjadi penghuni wilayah atau daerah tersebut, dan mudah-mudahan bisa menambah pengetahuan serta wawasan kita bersama, jika kawan-kawan semua lebih tahu alur cerita yang lebih lengkap lagi, saya harap meluangkan waktunya untuk bercerita kepada saya agar tulisan tentang sejarah kampung kita ini lebih lengkap lagi. Sekian Terima Kasih…
Penulis : Ahmad Tarmizi (Ezi) anak Andak

Kamis, 25 Oktober 2012

Teluk Sungka Kampung Halaman

Pulang ke kampung halaman saat liburan, terutama jelang Hari Raya, bukan sekadar kebiasaan perantau atau sebatas tradisi. Pulang kampung punya banyak makna, mulai ajang silaturahim, juga melepas rindu kepada sanak keluarga sambil menikmati makanan khas yang berbeda rasanya jika disantap di tempat asal atau kampung halaman, hingga mengobati rasa kangen pada suasana yang tak didapati di kota atau bahkan diluar negeri sekalipun.

Setiap orang tentu punya alasan untuk mengeluarkan banyak biaya melakukan perjalanan panjang ke kampung halaman. Salah satu alasan yang banyak diungkapkan adalah kangen dengan suasana berbeda di kampung halaman, apalagi saat merayakan hari besar seperti Lebaran Idul Fitri bagi umat muslim, Raya Imlek bagi masyarakat cina dan perayaan lainnya yang terdapat di kampung halaman.

Mencari suasana dan makanan khas Teluk Sungka misalnya, inilah alasan yang membawa hasrat bagi perantau untuk "pulang" kekampung halaman. Memanfaatkan kesempatan liburan, pulang kampung juga dapat merasakan masakan yang disajikan oleh orang tua tercinta dan bercengkrama dengan teman semasa kecil yang mungkin berjumpa hanya setahun sekali.